TEORI-TEORI PENDIDIKAN DALAM GERAKAN BARU

Bertolak dari butir-butir tersebut, gagasan paradigma baru pendidikan Indonesia dalam abad mendatang adalah :
Pertama, mengubah dan mengembangkan paradigma lama menjadi paradigma baru. Tinggalkan yang sudah tidak sesuai dengan tuntutan kondisi terkini. Kembangkan nilai-nilai lama yang sekiranya masih dapat dimanfaatkan, dan ciptakan pandangan baru yang sesuai dengan kebutuhan atau tantangan zaman. Termasuk di sini adalah perubahan pendekatan dalam pendidikan yang sentralistik dan segregatif, serta mewujudkan pendidikan masa depan dan nasional menuju terwujudnya suatu masyarakat dunia yang damai. Pendidikan untuk perdamaian dunia hanya mungkin terwujud di dalam suaatu pendidikan yang dimulai di dalam masyarakat lokal yang berbudaya.
Kedua, perlunya perubahan metode penyampaian materi pendidikan. Metode yang kita gunakan selama ini rasanya terlampau banyak menekankan penguasaan informasi untuk menyelesaikan masalah. Akibatnya, kita hanya mengutamakan manusia yang patuh dan kurang memikirkan terbinanya manusia kreatif. Ketiga, paradigma pendidikan agama yang eksklusif, dikotomis, dan parsial harus diubah menjadi pendidikan yang inklusif, integralistik, dan holistis.
Aliran “baru” dalam pendidikan tidak lagi mempersoalkan perlu atau tidak perluya pendidikan bagi individu yang perlu dikembangkan adalah bagaiman amenyelenggarakan pendidikan yang benar-benar bermanfaat secara maksimal bagi individu yang sedang berkembang dan bagi lingkungan atau masyarakatnya. Disini kita akan membahas beberapa aliran “baru” dalm pendidikan bahan-bahan dalam buku Agus Suyono (1958 dan 1980) dipakai sebagai bahan acuan dalam tulisan ini.
A.               Pengajaran Alam Sekitar
Perintis model pembelajaran alam sekitar adalah Fr. Finger (1808-1888) di Jerman dengan ”Heimarkunde” (pengajaran alam sekitar) dan J. Ligthart (1859-1916) di Belanda dengan ”Het Bolle Leven” (kehidupan senyatanya). Model pembelajaran alam sekitar, memiliki beberapa prinsip yaitu; (1) dengan pengajaran alam sekitar, guru dapat memperagakan secara langsung sesuai dengan sifat dasar pengajaran; (2) pengajaran alam sekitar memberikan kesempatan sebanyak-banyaknya agar peserta didik lebih aktif; (3) pengajaran alam sekitar memung-kinkan untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk dengan cirri-ciri: (a) suatu pengajaran yang tidak mengenal pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tetapi guru memahami tujuan pengjaran dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuan , (b) suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala sesuatu dipusatkan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian peserta didik dan diambilkan dari alam sekitarnya, dan (c) suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu memiliki hubungan yang erat antara satu dengan lainnya secara teratur; (4) pengajaran alam sekitar member kepada peserta didik bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalitas; dan (5) pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional karena alam sekita mempunyai ikatan emosional dengan peserta didik.
J.J. Rousseau dengan teorinya “kembali ke alam” menunjukkan betapa pentingnya pengaruh alam terhadap perkembangan anak didik. Karena itu pendidikan harus dilakukan di lingkungan alam yang bersih, tenang, suasana menyenangkan dan segar. Sehingga sang anak tumbuh sebagai menusia yang baik. Jan Ligthart terkenal dengan “Pengajaran alam sekitar”. Menurut tokoh ini pendidikan sebaiknya disesuaikan dengan keadaan alam sekitar. Alam sekitar (millieu) adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita (Oemar Hamalik, 2003:193).
Pengajaran berdasarkan alam sekitar akan membantu anak didik untuk menyesuaikan dirinya dengan keadaan sekitarnya. Ovide Decroly dikenal dengan teorinya, bahwa “Sekolah adalah dari kehidupan dan untuk kehidupan” (Ecole pour la vie par lavie). Dikemukakan bahwa “bawalah kehidupan ke dalam sekolah agar kelak anak didik dapat hidup di masyarakat”.
Pandangan ketiga tokoh pendidikan tersebut sedikit banyak menggambarkan bahwa lingkungan merupakan dasar pendidikan/ pengajaran yang penting, bahkan dengan desain ini dapat dikembangkan suatu model persekolahan yang berorientasi pada lingkungan masyarakat.
Ada dua istilah yang sangat erat kaitannya, tetapi berbeda secara gradual, ialah “alam sekitar” dan lingkungan”. Alam sekitar mencakup segala hal yang ada di sekitar kita, baik yang jauh maupun yang dekat letaknya, baik yang masa silam maupun yang akan datang, tidak terikat pada waktu dan tempat. Lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna dan/atau pengaruh tertentu kepada individu.
Lingkungan (environment) sebagai dasar pengajaran adalah faktor kondisional yang mempengaruhi tingkah laku individu dan merupakan faktor belajar yang penting. Lingkungan belajar/ pembelajaran/ pendidikan terdiri dari berikut ini:
Lingkungan sosial adalah masyarakat, baik kelompok besar ataupun kecil
Lingkungan personal meliputi individu-individu sebagai suatu pribadi berpengaruh terhadap individu pribadi lainnya
Lingkungan alam (fisik) meliputi semua sumber daya alam yang dapat diberdayakan sebagai sumber belajar
Lingkungan kultural, mencakup hasil budaya dan teknologi yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, dan dapat dijadikan faktor pendukung pengajaran (Oemar Hamalik, 2003 : 194-195).
Fungsi lingkungan pendidikan
Suatu lingkungan pendidikan/pengajaran memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut :
Fungsi Psikologis, stimulus bersumber dari atau berasal dari lingkungan yang merupakan rangsangan terhadap individu sehingga terjadi respons yang menunjukkan tingkah laku tertentu. Respons tadi pada gilirannya dapat menjadi suatu stimulus baru yang menimbulkan respons baru, demikian seterusnya. Ini berarti, lingkungan mengandung makna dan melaksanakan fungsi psikologi tertentu;
Fungsi pedagogis, lingkungan memberikan pengaruh-pengaruh yang bersifat mendidik, khususnya lingkungan yang sengaja diciptakan sebagai suatu lembaga pendidikan, misalnya keluarga, sekolah, lembaga pelatihan, lembaga-lembaga sosial. Masing-masing lembaga tersebut memiliki program pendidikan, baik tertulis maupun yang tidak tertulis.
Fungsi Instruksional, program instruksional merupakan suatu lingkungan pengajaran pengajaran atau pembelajaran yang dirancang secara khusus. Guru yang mengajar, materi pelajaran, sarana dan prasarana pengajaran, media pembelajaran dan kondisi lingkungan kelas (fisik) merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk mengembangkan tingkah laku siswa. (Oemar Hamalik, 2003 : 196-197)
Suatu dimensi lingkungan yang sangat penting adalah masyarakat. Dalam konteks ini masyarakat mencakup unsur-unsur individu, kelompok, sumber-sumber alam, sumber daya, sistem nilai dan norma, kondisi/situasi serta masalah-masalah dan berbagai hal dalam masyarakat, secara keseluruhan merupakan lingkungan masyarakat.
Konsep pengajaran alam sekitar diilhami oleh kata-kata yang dipetik dari Emmanuel Kant: “Pengertian tanpa pengamatan adalah kosong dan pengamatantanpa pengertian adalah buta.” Hal ini berarti bahwa antara pengamatan dengan pengertian harus terjalin hubungan yang saling menunjang dan salingmemperkuat. Artinya manusia hendaknya mampu memanfaatkan lingkungannya. Langkah-langkah pokok pengajaran ini ialah menetapkan tujuan, mengadakan persiapan, melakukan pengamatan, dan mengolah apa yang diamati. Keuntungan Pengajaran Alam Sekitar adalah menentang verbalisme dan intelektualisme dapat membangkitkan perhatian spontan dari anak -anak untukmelakukan kegiatan dengan sepenuh hati. anak-anak selalu didorong untuk aktif dan kreatif . Bahan yang diajarkan dapat mempunyai nilai praktis bagi anak-anak Salah seorang tokoh pengajaran alam sekitar ialah J. Ligthart (1859-1916) seorang ahli pendidikan bangsa Belanda. Pengajaran alam sekitar ini dinamakan “Pengajaran barang sesungguhnya”. Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar,perintis gerakan        ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven. Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar. Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak pada alam sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis ajaran ini antara lain ; Fr. A. Finger di Jerman dengan Heimatkunde (pengajaran alam sekitar) dan J. Lighthart di Belanda dengan Het Valleven (kehidupan senyatanya). Alam sekitar sebagai fundamen dan pengajaran memberikan dasar emosional, sehingga anak     menaruh perhatian yang spontan terhadap segala sesuatu yang diberikan kepadanya asal itu didasarkan atas dan diambil ari alam sekitarnya.
Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akaan menarik siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan (Khusnin, 2008). Menurut Yulianto (2002) pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar dimana lingkungan digunakan sebagai sumber belajar. Untuk memahami materi yang erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari sering digunakan pendekatan lingkungan. Sehingga dapat dikatakan lingkungan yang ada di sekitar merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan yang berkualitas. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar. Hal senada juga diungkapkan Suniarsih (2006) yaitu berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar.
Pendidikan lingkungan sebagai suatu dimensi, di dalam pembelajarannya menggunakan pendekatan lingkungan. Di dalam model pengajaran, pendekatan ini diklasifikasikan berdasarkan lingkungan belajarnya. Jadi pendekatan lingkungan tidak memiliki sintaks pembelajaran. Karli dan Margaretha (2002) menjelaskan bahwa pendekatan lingkungan adalah suatu strategi pembelajaran yang memanfaatkan lingkungan sebagai sasaran belajar, sumber belajar, dan sarana belajar. Hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk memecahkan masalah lingkungan, dan untuk menanamkan sikap cinta lingkungan.
Pembelajaran melalui pendekatan lingkungan kini dipopulerkan dengan istilah outbond yaitu suatu program pembelajaran di alam terbuka yang berdasarkan pada prinsip experimential learning yaitu belajar melalui pengalaman langsung. Nasution (1976:197) dalam Habiba (2006) mengatakan pendekatan lingkungan atau karyawisata adalah pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan nyata, tidak harus selalu ke tempat yang jauh tetapi dapat dilakukan di lingkungan alam sekitar kita. Jadi menggunakan pendekatan lingkungan dalam pembelajaran adalah memanfaatkan atau menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk keperluan pengajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan pendekatan lingkungan berarti mengaitkan lingkungan dalam suatu proses belajar mengajar dimana lingkungan digunakan sebagai sumber belajar.
Pendekatan lingkungan berarti mengajak siswa belajar langsung ke lapangan tentang konsep pelajaran. Pendekatan lingkungan berpangkal pada adanya hubungan antara perkembangan fisik manusia dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Belajar melalui pendekatan lingkungan bukan berarti mengeksploitasi terhadap alam, akan tetapi hanya menggunakan jasa alam untuk memenuhi kebutuhan pengetahuan. Menurut Hidayah (2006) pendekatan lingkungan sebagai salah satu alternatif pendekatan dalam pembelajaran biologi sudah mulai diterapkan. Pendekatan lingkungan sebagai pendekatan dalam pembelajaran biologi juga dapat dipadukan dengan pendekatan lain. Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan lebih bermakna bila dikombinasikan dengan pembelajaran kooperatif. Didalam pembelajaran siswa bekerja sama dengan kelompoknya serta saling membantu dalam belajar. Pendekatan lingkungan diwujudkan dengan cara menampilkan contoh-contoh penerapan biologi yang terdapat di lingkungan siswa.
Gerakan pendidikan yang mendekatkan anak dengan sekitarnya adalah gerakan pengajaran alam sekitar, perintis gerakan ini adalah Fr. A. Finger di Jerman dengan Heimatkunde, dan J. Ligthart di Belanda dengan Het Voll Leven. Beberapa prinsip gerakan Heimatkunde adalah
1.     Dengan pengajaran alam sekitar itu guru dapat meragakan secara langsung betapa pentingnya pengajaran dengan meragakan atau mewujudkan itu sesuai dengan sifat-sifat atau dasar-dasar orang pengajaran.
2. Pengajaran alam sekitar memberikan sebanyak-banyaknya agar anak aktif atau giat tidak hanya duduk, dengar, dan catat saja.
3.      Pengajaran alam sekitar untuk memberikan pengajaran totalitas, yaitu suatu bentuk pengajaran dengan ciri-ciri dalam garis besarnya sebagai berikut :
a)            Suatu pengajaran yang tidak mengenai pembagian mata pengajaran dalam daftar pengajaran, tertapi guru memahami tujuan pengajaran dan mengerahkan usahanya untuk mencapai tujuan.
b)            Suatu pengajaran yang menarik minat, karena segala suatu diputuskan atas suatu bahan pengajaran yang menarik perhatian anak dan diambilkan dari alam sekitarnya.
c)            Suatu pengajaran yang memungkinkan segala bahan pengajaran itu berhubung-hubungan satu sama lain seerat-eratnya secara teratur.
d)           Pengajaran Alam Sekitar memberi kepada anak bahan apersepsi intelektual yang kukuh dan tidak verbalistis. Yang dimaksud dengan apersepsi intelektual adalah segala sesuatu yang baru dan masuk didalam intelek anak, harus dapat luluh menjadi satu dengan kekayaan pengetahuan yang sudah dimiliki anak. Harus terjadi proses asimilasi antara pengatahuan lama dengan pengatahuan baru.
e)            Pengajaran alam sekitar memberikan apersepsi emosional, karna alam sekitar mempunyai ikatan emosional dengan anak.
Sedangkan J. Lingthart mengemukaikan pegangan dalam Het Volle Leven sebagai berikut:
Ø   Anak harus mengetahui barangnya terlebih dahulu sebelum mendengar namanya, tidak kebalikannya, sebab kata itu hanya suatu tanda dari pengertian tentang barang itu.
Ø   Pengajaran yang sesungguhnya harus mendasarkan pada pengajaran selanjutnya atau mata pengajaran yang laen harus dipusatkan atas pengajaran itu.
Ø   Haruslah diadakan perjalanan memasuki hidup senyatanya kesemua jurusan, agar murid paham akan hubugan antara bermacam-macam lapangan dalam hidupnya ( Pegajaran Alam Sekitar ).
Pokok-pokok pendapat pengajaran alam sekitar tersebut telah banyak dilakukan disekolah, baik dengan peragaan, pengunaan bahan local dalam pengajaran, dan lain-lain. Seperti telah dikemukakan bahwa beberapa tahu terakhir ini telah ditetapkan adanya muatan local dalam kurikulum, termasuk penggunaan alam sekitar. Dengan muatan local tersebut diharapkan anak makin dekat dengan alam dan masyarakat lingkungannya. Disamping alam sekitar sebagai isi bahan ajar, alam sekitar juga menjadi kajian empiric melalui percobaan, studi banding, dan sebagainya.
Langkah-Langkah Pokok Dasar Konsepsi Lingkungan Hidup Anak:
a)            Penetapan tujuan : anak didik harus mempunyai tanggung jawab sesuai yang dia miliki dalam kehidupan sehari-hari dan tujuan yang baik dalam lingkungan masyarakat sekitar.
b)            Anak didik harus mempunyai kemampuan yang baik dalam pendidikan maupun pekerjaan-pekerjaan yang dia miliki.
c)            Objek pengamat adalah siswa atau anak didik harus mampu mempunyai potensi-potensi yang lebih matang dalam suatu perjuangan. Entah itu baik maupun buruk.
d)           Mengolah apa yang diamati.
Keuntungan Pengajaran Alam Sekitar Pengajaran ini menentang verbalisme dan intelektualisme. Obyek alam sekitar akan dapat membangkitkan perhatian spontan dari anak-anak. Anak-anak selalu didorong untuk aktif dan kreatif. Bahan-bahan yang diajarkan dapat mempunyai nilai praktis. Anak-anak dijadikan subyek bagi alam sekitarnya.
Pengembangan Pengajaran Alam Sekitar
Salah seorang tokoh pengajaran alam sekitar ialah J. Ligthart (1859 – 1859) seorang ahli pendidikan bangsa Belanda. Pengajaran alam sekitar ini oleh J. Ligthart dinamakan “pengajaran barang sesungguhnya”. J. Ligthart menekankan bahwa di dalam pelaksanaan pengajaran yang amat penting ialah suasananya, yaitu ketulusan-ikhlasan, kasih saying, persaudaraan, dan kepercayaan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *