Pernikahan Dini Tak Menghentikan Mereka untuk Bersekolah

Dalam literatur bertema gender yang saya bacapun perempuan kerap bersanding dengan isu kemiskinan. Hal ini karena perbedaan upah yang diterima perempuan dan pria yang berbeda dan perempuan cenderung mendapat upah lebih rendah dari pria. Apapun alasan tentang isu kemiskinan dan perempuan ini kitapun perlu membuka mata dan hati kita untuk menyemangati perjuangan kita agar tidak bergantung pada materi dengan melihat perjuangan seorang single parent yang miskin yaitu ibunya Imam Syaf’i (salah satu tokoh besar dunia Islam, Imam madzhab muslim sedunia). Kehebatannya ini adalah berkat peran domestik ibunya yang luar biasa walaupun mereka dalam kemiskinan yang sangat .

Pada suatu hari Syafi`i kecil pernah mengeluh kepada ibunya tersebab tak memiliki kertas untuk menulis pelajaran, karena kondisi keluarga yang sangat miskin. Ibunya berkata:

“Jangan sedih, Nak!”. Akhirnya ibunya pergi ke tempat Dewan Kerajaan bagian penulisan administrasi kerajaan. Setiap kali ada kertas yang dibuang (lantaran ada kesalahan), ia punguti satu demi satu setelah itu ia bawa pulang kemudian diberikan kepada Syafi`i kecil untuk dijadikan tempat mencatat ketika belajar. Bahkan ketika ada orang yang mau bersedekah kepada ibu Imam Syafi`i, ia lebih memilih diberi sedekah kertas supaya bisa dipergunakan menulis oleh anaknya di sekolah. Karena masih belum cukup, akhirnya ibunya pergi ketempat penyembelihan kambing, lalu mengumpulkan tulang belulangnya, kemudian dikeringkan. Ketika sudah kering, tulang-tulang itu diberikan Syafi`i untuk dijadikan tempat mencatat. Sungguh anak yatim yang sangat beruntung Imam Syafi’i ini, perjuangan ibunya sangat luar biasa untuk dirinya di tengah kemiskinan yang melanda.

Perempuan single parent berikutnya yang juga dalam kondisi ekonomi lemah, adalah ibunya Imam Ahmad yang juga imam madzhabnya kaum muslim sedunia. Naluri keibuannya menggerakkan hatinya untuk selalu menemani Imam Ahmad dalam menekuni ilmu pengetahuan dan beribadah sehingga pada usia 10 tahun ia sudah mampu menghafalkan Al Qur’an.

Ibu sekaligus single parent berikutnya adalah ibunya Imam Imam Bukhori. Mendiang suaminya adalah seorang ulama besar, iapun memotivasi anaknya Imam Bukhori ini agar menjadi ulama besar dengan memasukkan Imam Bukhori ke tempat tempat menimba ilmu, mungkin saat ini serupa madrasah diniyah. Di usianya yang relatif muda, Bukhori sudah bisa memebarkan kitab gurunya. Ketika besar Imam Bukhori menjadi amirul mukminin fi al-hadits(pemimpin ulama hadits). Bahkan kitabnya yang fenomenal, ‘jâmi`u al-shâhîh’ diakui oleh ulama hadits sebagai kitab tershahih setelah al-Qur`an.

Masih banyak peran -peran perempuan di ranah domestik yang melahirkan tokoh -tokoh dunia. Membaca sejarah mereka ini, saya belum menemukan kisahnya yang menginginkan mereka setara di ranah publik di samping peran pria.

Tulisan ini, bagi saya adalah penyemangat dan pengingat saya pribadi agar berperan tepat dalam kehidupan ini.

Tulisan ini, tidak bermaksud menafikkan perjuangan para perempuan dalam menuntut kesetaraan dalam berperan strategis bersama pria di ranah publik. Ini adalah penyadaran diri saya sendiri bahwa relasi perempuan dan pria di dunia itu saling melengkapi. Siapapun memang berhak layak memperoleh kesuksesan baik perempuan maupun pria. Perempuan bisa membangun kesuksesan dari dalam rumahnya.

Saya kira perempuan tidak perlu berkecil hati perannya tidak banyak diketahui publik, namanya tidak tertulis jelas dalam sejarah. Saya kira perempuan patut bersyukur walaupun namanya tidak berdiri sendiri mengukir sejarah, tapi ia selalu hadir dalam sejarah tokoh besar dunia. Inilah yang saya singkat dalam judul tulisan ini ” Tidak apalah perempuan jadi konco wingking” pria. Tentu saja, menjadi “konco wingking ” dengan keilmuan yang mumpuni agar dapat mengantarkan anak-anaknya menjadi generasi hebat dunia.Perempuan dalam segala latar belakang yang layak maupun tak layak diketahui publik wajib terus belajar, tak harus menjadi tokoh publik, tapi kwalitas ilmu pengetahuannya mampu membuat anak-anak yang terlahir darinya, dan lingkungan sekitarnya terinspirasi untuk menjadi lebih baik dan bermartabat sehingga mereka menjadi pribadi yang bermanfaat dalam kehidupan.