Sedangkan dengan pemerintah desa , PKBM BESTARI sudah bekerjasama selama tiga tahun ini dengan desa Pakel kecamatan Bareng. Warga desa Pakel patut bersyukur karena kepala desanya secara aktif mengidentifikasi warga yang belum tuntas wajar dikdas 12 tahun , tiap tahun untuk direkomendasikan sekolah di PKBM BESTARI, bahkan pada tahu pelajaran 2017-2018 ini kepala desanya menyediakan mobil siaga desa untuk alat transportasi berangkat sekolah ke PKBM BESTARI. Kerjasama dengan desa lainnya juga pernah terjalin baik saat PKBM BESTARI menyelenggarakan pendidikan keaksaraan fungsional .
Kerjasama dengan tokoh masyarakat dan warga masyarakat lainnya antara lain ketika mereka mengetahui ada anak usia sekolah atau mereka yang belum menuntaskan wajar dikdas 12 tahun akan diarahkan ke PKBM BESTARI. Dengan dan tanpa dampingan orang tua dari calon peserta didik ini, mereka ringan tangan membantu mendaftarkan yang bersangkutan ke PKBM BESTARI.
Semua yang bekerjasama dengan PKBM BESTARI sebagaimana yang saya sebutkan itu, tidak terlebih dulu terikat oleh perjanjian yang menguntungkan secara materi atas upaya yang sudah mereka lakukan. Jadi, bukan lembaga pendidikan saja yang bisa mewujudkan pendidikan yang memanusiakan, tapi semua yang perduli dengan keberlangsungan pendidikan orang lain memiliki peran penting , tentu saja dalam konteks ini adalah yang dialami PKBM BESTARI.
B. Anak Perempuan dari Korban Broken Home dan Pergaulan Bebas
Dinamika proses pembelajaran di PKBM BESTARI juga penuh tantangan. Mulai dari tantangan berupa kondisi dan cuaca yang sering menjadi alasan tidak dapat hadir di kelas baik tutor maupun peserta didiknya, juga tantangan dari dalam diri peserta didik itu sendiri ( motivasi rendah), kesibukan kerja atau kesibukan rumah tangga adalah alasan rutin yang sering kami jumpai. Mereka yang memilki pekerjaan yang mapan, misalnya pamong desa dan PNS dengan golongan kepegawaian rendah justru yang lebih rajin belajar saat jadwal pelajaran dengan metode tatap muka. Sedangkan peserta didik dari kalangan buruh sejenis out sourching tidak tertib saat belajar. Ketakutan dipecat dari tempat kerjanya adalah alasan utama. Ada pula yang tetap rajin dalam pembelajaran tatap muka, ia tidak bisa mengikuti ujian karena baru saja dapat pekerjaan yang ia harapkan. Untuk hal ini, kami tetap menghormati keputusannya. Kami berharap ia terus sukses dalam karier kerjanya. Ada juga anak-anak drop out karena dikembalikan oleh pihak sekolah akibat dampak pergaulan bebas, atau anak yang hidup dari keluarga broken home, kebingungan memilih antara ikut ayah atau ibunya sehingga sekolahnya jadi terganggu , saat belajar di PKBM BESTARI lebih serius. Anak-anak korban pergaulan bebas sering saya temui pada tiap tahun ajaran. Ia belajar di Paket C dengan enjoy tanpa takut ketahuan masa lalunya, karena kami pengelola dan tutornya tidak pernah memandang masa lalunya yang pantas untuk tidak terekspose. Karena ia enjoy tak jarang ia membawa anaknya. Ia juga mampu menjadi ketua kelompok dalam kegiatan diskusi kelas lalu memprestasikannya di depan kelas. Sedikit saya bercerita tentangnya. Suatu hari saya sempat memujinya .
“Sampean pinter, mengapa sampai tidak lanjut sekolah? ” Ia menjawab hanya dengan senyum , senyum malu. Lalu saya tanya lagi
“Suami sampean itu ketemunya bagaimana awalnya?” Ia senyum lagi dan menjawab singkat.
“Teman sekelas saya, Bu”. Kira-kira serupa itu juga ketika saya ingin tahu latar belakangnya hingga sampai belajar di PKBM BESTARI. Usianya saat sekolah Paket C sekitar 18 tahunan, anaknya sering dibawa ke tempat belajar berusia 1,5 tahun kala itu. Suatu kali ia begitu repot dengan anaknya, saya sampai kasihan melihatnya. Lalu saya tanya dia
“Fida, Mengapa tidak dijaga ayahnya saja anak ini?”
“Kasihan, Bu. Ayahnya sudah seharian berkerja”. Jawabnya jujur dan bukan mengeluh. Mirip suatu pernyataan hati, bahwa ia sebagai istri mampu bekerjasama dengan suaminya untuk menyelesaikan tahapan hidup yang mereka lalui bersama.