Megadeth untuk Anak-anak Indonesia

Apakah UFO itu ada? Mengapa manusia memiliki golongan darah yang berbeda-beda? Berapa gaji presiden RI? Untuk apa mencari bilangan prima terbesar? Mengapa orang mengalami kesulitan hidup? Apa yang terjadi jika manusia berhenti bicara? Berapa luas alam semesta kita?

Anak-anak Indonesia yang mengenal dan bahkan bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti di atas, adalah anak-anak yang siap menyongsong dan memberi bentuk pada revolusi 4.0. Mereka adalah generasi yang dapat membawa republik ini ke tempat yang terhormat.

Pertanyaan-pertanyaan tadi sebagian sudah dijawab dan dihimpun dalam seri buku “Anak Bertanya Pakar Menjawab” yang disunting oleh Mas Hendra Gunawan, guru besar matematika ITB. Karena isi dan penyajiannya yang menarik, Pustaka Bergerak ikut berupaya agar seri buku ini bisa tersebar ke seluruh penjuru Tanahair. Jika mungkin, setiap anak Indonesia harus memiliki, setidaknya pernah membaca, seri buku yang bagus ini, dan setiap simpul pustaka juga punya seri pustaka lengkap TIME-LIFE.

Pada 30 November 2018 lalu di Jakarta, berlangsung acara lelang gitar milik Dave Mustaine yang ditandatangani oleh seluruh personel Megadeth. Gitar itu dilepas dengan harga RP 150 juta. Awalnya hasil lelang itu akan disumbangkan ke para korban bencana alam di Sulawesi Tengah, khususnya Palu dan Donggala. Tapi setelah menimbang beberapa hal, terutama agar kegiatan amal Megadeth dan Rajawali Indonesia Communication sebagai promotor, bisa bermanfaat seluas mungkin, maka dana tersebut akan dipakai untuk mencetak seri buku Anak Bertanya Pakar menjawab, dan akan dikirim ke 1000 simpul pustaka di seluruh provinsi di Indonesia, bukan hanya di Sulawesi Tengah.

Kepada Mas Anas Syahrul Alimi, CEO Rajawali Indonesia yang juga pendukung utama Festival Moco-Sik, dan tentu saja Bang Dave Mustaine serta seluruh awak Megadeth, Pustaka Bergerak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga anak-anak Indonesia terus berkembang, dan bersemangat dengan semboyan Richard Feynman, salah satu peraih Hadiah Nobel fisika 1965 : “I would rather have questions that can’t be answered than answers that can’t be questioned.” (Saya lebih suka punya sederet pertanyaan yang belum bisa dijawab, ketimbang punya sebaris jawaban yang tidak boleh dipertanyakan lagi).