“Mas Line” dan Wajah Pendidikan Nasional.

Semalam sy menggunakan jasa pijat online di kota pendidikan Jatim ; Malang, sy mendapat terapis yg masih muda, dia lulusan dari SMK negeri 2014 jurusan otomotif.

Selama proses pijat sy lebih bnyak menggali informasi ; dia menyampaikan 1 kelas angkatannya berjumlah 36 siswa, dia masuk SMKN setelah lulus tes dri 600 pelamar dan yang diterima 200 siswa. Dia melanjutkan ceritanya ; teman temannya yg setelah lulus dan bekerja sesuai bidangnya ( otomotif ) hanya 4 siswa, yang meneruskan ke jenjang kuliah 4 siswa dan sisanya kerja diluar bidang otomotif dan ada yang menganggur.

Jika dilihat dri profil lulusan diatas maka ; SMK negeri ini baru berhasil mencetak tenaga sesuai pembidangannya hanya 10% dan mencetak calon sarjana 10% ( dihitung pembulatan ) dan 80 % sisanya adalah “produk belum jadi” yang sudah keburu lulus dri sekolahan tersebut, ini pasti ada yang salah dalam proses pengajaran, pemiihan mata ajar atau ada kesalahan komunikasi antar pengelola pendidikan dng dunia industri.

Sy tidak bermaksud sama sekali menilai sebuah pekerjaan atau profesi, karena profesi apapun adalah mulia dan bernilai ibadah jika dilaksanakan sesuai dng nilai nilai yg digariskan Alloh SWT. Tulisan ini lebih menekankan kepada “LINK and MATCH” antara materi ajar dan kebutuhan dunia kerja yang sebenarnya.

Maksud pemerintah untuk memperbanyak SMK atau vokasi adalah agar mudah terserap dalam dunia kerja yang sesuai antara apa yg diajarkan dan apa yang dibutuhkan dunia kerja, sehingga menghasilkan tenaga kerja yg profesional dng kinerja yg maksimal. Namun kenyataan nya jika melihat penuturan terapis diatas maka kayaknya masih jauh dari harapan.

Sebaliknya Pengalaman sy bekerjasama di dunia industri kreatif dengan berapa TV swasta dan rumah produksi saya dan juga para produser merasa lebih nyaman dng menggunakan cameramen dan crew yang lulusan SMK dri pada perguruan tinggi. Mereka sudah bekerjasama dng sy memproduksi program televisi hingga ke Eropa dan Afrika, hasil karyanya pun udah terbeli oleh televisi nasional atau di televisi maskapai penerbangan nasional.

Permasalahan dunia pendidikan dan dunia kerja kayaknya masih menjadi pekerjaan rumah bagi siapapun presiden yang akan terpilih di 2019. Saya masih belum melihat issue issue sperti ini dimunculkan dan menawarkan solusi dari para elite kedua belah pihak. Pertarungan dalam kontestasi hajatan 5 tahunan ini masih berkutat pada hal hal yg bersifat simbol simbol dan identitas plus meng kapitalisasi isu issue agama.

Walau apa yg saya temui belum tentu merupakan gambaran nasional tapi cukup bisa digunakan treager untuk melangkah yang lebih baik, salah satu solusi Menurut saya adalah SMK harus dibawah naungan 3 mentri ; pendidikan, tenaga kerja dan perindustrian. Sehingga dalam proses pembuatan kurikulum, proses belajar mengajar dan menyalurkan lulusannya harus benar benar berkoordinasi dng dunia kerja dan dunia industri yang tidak harus sama seluruh Indonesia tapi disesuaikan dng kebutuhan industri tempatan atau nasional.

Mohon doanya sy sdng berikhtiar membuat program vokasi ikatan dinas yang begitu lulus langsung otomatis sudah mendapatkan tempat kerja di luar negeri.

Semoga siapapun presiden nya, mereka adalah tokoh yang bisa menjawab permasalahan ini.

 

Dikirim oleh Zahrul Azhar Hans pada Minggu, 09 Desember 2018