Bagi Mia, Rio hanyalah teman, tidak lebih, karena baginya Jonathan- Pria asal Nabire telah mencuri hatinya. Jonathan yang kini, sedang penelitian di Negeri Bakau serui selama tiga minggu, adalah Mahasiswa Antropologi Universitas Cendrawasih. Mia memangilnya Jo saja, atau sayang jo. Jo telpon Mia.
“Hello, selamat malam!”,
“Selamat malam juga, Mia?”
“Benar, apa kabar, jo?”
“Baik sayang, sorry sa baru telepon ko, lumayan banyak juga yang harus dikerjakan. Ko, baik- baik saja to?”
“Baik, kapan balik ke Jayapura?”
“Baru juga seminggu sudah tanya, kapan balik. Bagaimana kalau sebulan atau setahun. Kenapa? Su rindu sama saya…?” (Hal 27)
Mia setia dan sayang sama Jo walau jo sering menyakiti dirinya dengan perempuan lain. Mia merasa senang dan bahagia, memiliki seorang teman kamar, seperti Ana- perempuan asal kota Rusa Merauke ini. Ana, adalah teman akrab yang mau peduli dengan mia dan mau mendengar segala curhatan Mia, selain Mia punya tempat curhat pribadi- Catatan Diari pribadinya, juga kebersamaan bersama teman- teman asramanya. Ana pandai untuk menghibur Mia. Dibalik itu, Mia, Seorang perempuan yang kritis dengan budaya di Tanah Papua, juga di Indonesia.
“Masa kini generasi muda tak mengenal budayanya sendiri dengan baik. Salah satu yang menjadi perhatian adalah bahasa asli dari beberapa suku di papua yang mulai jarang digunakan dan bahkan hampir punah” (hal 40)
“… siapa lagi yang harus melihat, menikmati, melestatikan budaya sendiri kalau bukan kitorang” (hal 41).
Mia yang idealis itu, di momen natal tiba, karena sebagian besar mahasiswa itu pulang kampung, maka kini Mia juga ke Manokwari. Sampai di kampung halamannya, Mia- ternyata dan tanpa sengaja, dia mendengar kabar dari mama, kalau dia sudah sejak lama sudah di jodohkan. Alberth, Pria Manokwari yang sudah selesai S1 dari Tanah Jawa adalah jodohnya.
***
Alfrida VP Yemanop, yang di lahir Mindiptana Bovendigul, yang kini adalah staff dosen di Fakultas Ekonomi, Universitas Cendrawasih Papua, ini mengulas kehidupan dunia mahasiswa dalam berbagai aspek. Novel ini layaknya kita lansung disuguhkan dengan filmnya. Bagaimana alkisah anak- anak cendrawasih ini.
Selanjutnya dari novel ini, yang ada dibenak, apakah Mia akan bertahan bersama Jonathan hingga jenjang berikut? Ataukah bersama Albert, seperti penjodohan orang tua? Ataukah orang lain yang mengisi kokosongan hatinya; missal : Rio- teman senat Mahasiswa-nya? Herman, yang menurutnya baik?
Lebih penting juga, kemudian, apakah Mia akan mengapai cita- citanya untuk menjadi ekonom yang hebat di Tanah Papua? Ataukah, Mia akan berhenti ditengah jalan, dengan mengurunkan niatnya untuk selesai dari fakultas Ekonomi Uncen?
Novel kaka Alfrida Yemanop ini, memiliki alur yang hidup, walau menyisipkan bait puisi ,harus dengan cermat, tetapi keseluruhannya, kita seolah hanyut didalamnya, akan kampus, persahatan, cinta, organisasi mahasiswa dan kenyataan sosial di Papua.
Selain Aprilia R Wayar, kini, Alfrida VP Yemanop didalam sastra dan novelis Perempuan Papua. Ini novel penting untuk kitorang, sebagai anak hitam kulit, keriting rambut untuk maju, dan sadar akan negeri.
Semua ana- ana cendrawasih Papua, ayo, tong baca novel ini !
Hebat, kaka Alfrida Yemanop !
*) Perensensi adalah Mahasiswa asal Tanah Papua
Alfrida Yamanop, Sastra Ko’Sapa Papua, Awinggati Yeimo, HeNgki E Badii TwentySeven, Jeizen Pakage, Kambu Winner, Rose Sasarari, Timoteus Rosario Marten, Frederika, Rimba Ribu, Margaretha Winem, Blandina OLua Taime, Yume, Anemon Laut, Kaka Krey, Laurensya Silvana Nasadit, Rosalina Intuni Wainggai, Dayu Rifanto, Jeje Rumbino, Ibiroma Wamla, Rabin Yarangga, J J Agimbau, Veronika Kusumaryati, Ligia Judith Giay, Audryn Karma, Johannes Supriyono, Mote Musamus, Vay Novia, Selvi Tebay, Herman Degei, Delka Andre, Salmon Kasipmabin, Jebiz Bob